Lilypie Kids birthday Ticker

Life is Beautiful

Friday, September 9, 2011

Samosir Trip (1)

Alhamdulillah, sampe juga akhirnya ke pulau Samosir. Yup, liburan kemarin kami bertiga jalan2 berwisata ke Parapat, menuju danau Toba dan Samosir tentunya. Sebetulnya ketika pulang kampung ke Padang Sidimpuan (daerah asal papa Rafi) jika via Medan akan melewati Parapat. Namun karena kami memakai travel malam hari, ya ngga keliatan juga :p
Beberapa tahun yll, aku pernah ke danau Toba via jalur Brastagi, waktu ada acara kantor, dan sempet ke desa Tongging segala. Tapi ya itu, karena belum sampe ke Samosir, akhirnya kemaren minta ke papa Rafi untuk mampir barang 1-2 hari buat wisata dulu sebelum lanjut ke Sidimpuan, dan misi berhasil...yayyy.
Sampe di Parapat udh malem, kami cari makan ama supir travel dan lsg cek in ke hotel yg deket2 saja, dan view danau Toba ada di hadapan kamar kami. Syukur deh, kamarnya luas ber AC dan bath tub air panas dapet harga 350K saja, karena msh bulan puasa (low season).
Pagi harinya kami melihat2 kendaraan yg bisa disewa untuk mengantar ke Samosir. Ada ferry sebenernya, dan ongkosnya pun murah berkisar 5-10K per orang. Namun krn low season, penumpang sepi, kalau mau ya sewa 1 ferry...gubrak.Untungnya ada speedboat yg bertengger di muka hotel. Setelah tawar menawar, akhirnya kami mendapat harga 350K untuk menuju Samosir, dengan tujuan desa Tuktuk dan Tomok, dua desa wisata di pulau itu. Bonusnya kami akan diantar juga untuk melihat Batu Gantung. Setelah mengisi bahan bakar, kami berangkat menuju Samosir...hmmmm...anginnya segar. Puasa jadi tak terasa.
Di Batu Gantung kami berhenti, dan melihat dinding batu yg indah. Awalnya kami ga melihat mana yg disebut batu gantung itu. Setelah diamat2i bener juga kata legenda, mirip orang yg mau terjun bunuh diri, naudzubillah. Meski ada legenda begitu, pemandangannya indah deh, nampak gua (cave) juga. Membayangkan sedang berwisata ke Phuket-Thai atau Hanoi-Viet :) Klik.
keliatan kan batu yang menggantung ?

Ngga lama disitu, perjalanan menuju desa wisata Tuktuk. Pintu masuknya adalah sebuat hotel berintang, Silintong namanya. Sejuk dan alami. Banyak anggrek dibudidayakan. Setelah nanya ke tukang kebun hotel (nampaknya lho), kami disaranain untuk sewa sepeda untuk keliling desa. Semangat kami menuju tempat sewa sepeda. Ngos2-aaaaann...nanjak dan puasa bow. Itu baru menuju tempat sewanya lho :p Akhirnya berdamai dgn kondisi puasa, lebih relevan kalo kami sewa motor. Sejam 20K. Akhirnya kami mulai melangkahkan sepeda motor untuk berjalan2. Hijau dan segar, sawah membentang diselingi rumah2 penduduk. Karena tidak mengumpulkan info yg cukup, kami bertanya ke penduduk setempat, apa wisata unggulan di Tuktuk ini. Kebetulan cuma punya info ada rumah adat dan makam tua yang bisa diliat di Samosir ini. Rupanya di desa Tuktuk inilah terdapat kampung tua Siallagan dgn rumah2 adat khas Batak Toba. Yuk mari menjelajah.
Termyata kami ga kesulitan menuju desa Ambarita, tempat kampung Siallagan itu berada. Petunjuk arah objek wisata yg terdekat dgn lokasi bertuliskan "Batu Parsidangan".
Depan pintu masuknya terdapat tugu Siallagan.


Lalu kami pun masuk. Disambut petugas (tanpa seragam) dengan tiket masuk 2K saja per orang. Karena kami belum pernah kemari, ketika ada yg menawarkan diri menjadi pemandu wisata kami tak menolak.

desa Seallagan nampak dari pintu masuk

Pertama kami diajak masuk ke rumah eks raja Seallagan yang 100% berbahan kayu. Meski ada sebutan 'Raja' nampaknya adalah kepala kampung dan rumahnya sederhana sekali. Dapurnya berupa tungku lama dan berada di tengah-tengah rumah.

Tempat tidurnya berupa bale2 dari kayu, itupun hanya 1, untuk sang raja. Selain raja, tidur di atas lantai kayu beralas tikar saja. Di rumah ini terdapat gong, seperti di Jawa, gunanya adalah untuk tanda jika raja hendak memanggil rakyatnya. Ada juga alat tenun tradisional, kemungkinan ini adalah salah satu sarana turisme saja. Tapi gapapa dong nampang disini :)

ulosnya udah jadi. cantik kaaaan >.<

Kain ulosnya dijual antara 50-200rb tergantung besar kecilnya dan benang yang digunakan. Yang aku taksir selendang besar dan syal berwarna ungu. Setelah tawar menawar ckp alot, akhirnya dapet deh tuh 300K untuk 2 pcs. Belakangan nyesel, setelah kakak2 n tante liat fotonya pada naksir, kami udh ada di Sidempuan. Dan di Sidempuan dijual dgn harga 2-3 x lipet dengan kualitas yang lebih kasar. Duh. Pelajaran : kalo udh suka lsg beli ! Hihihi.

Dari rumah itu lalu kami melihat2 di luar, inilah Batu Parsidangan, tempat para penjahat disdang oleh Raja dan kru-nya. Setelah itu meraka akan dipenjara/dipasung di bawah rumah raja. Jika berat kesalahannya akan dihukum mati dengan sekali tebas. Hiii...untung ini udah beratus2 tahun lalu tidak dilakukan lagi.

Oya, buat cewek2nya, ketika beranjak dewasa diharuskan untuk beraktfitas di rumah yang terbuka dindngnya seperti di bawah ini, seperti menenun, membuat kue dll. Tujuannya biar dilirik para kaum adam :D

Disini Rafi heboh belanja sovenir. Sepulang dari sana, kami kembali menaiki motor sewaan, menuju hotel Silintong, tempat speedboat kami terparkir. Ketika mau bayar sewa motor, kami tertegun karena dikenai charge 2 jam...waduh, padahal cuma lebih 15 menit. Pelajaran kedua : kalau mau sewa motor/sepeda disini, clear-in jamnya ya!
Dalam perjalanan, beruntung sekali kami melihat festival tarian tortor. Oh Indonesiaku, kaya sekali kamu...!

cont..